Concurrent
Model:
Studi
tentang pedagogy knowledge (pendidikan
“umum”) dan subject-matter knowledge (bidang
studi) dilakukan bersamaan. Model ini memberi pengalaman belajar yang lebih terpadu,
yaitu karena diantara keduanya (content knowledge) pendidikan dan bidang
studi dilatihkan guru dalam waktu bersamaan.
Sebagai konsekuensi model ini, bagi orang yang tidak menempuh studi kependidikan,
berkarir dalam profesi guru menjadi sempit. Di beberapa Negara, (diperkirakan Perancis
dan Jerman) menggunakan model ini untuk guru sekolah dasar, sedangkan di Negara
lain (Belgia, Kanada, Yunani, Hungaria, Irlandia, Itali, Jepang, Korea, Turki dan
AS) juga menggunakannya untuk guru sekolah menengah. Banyak kritik pada model pendidikan guru ini,
termasuk di Indonesia, bekal bidang studi tidak kokoh/lemah.
Consecutive
Model:
Studi
tentang pedagogy (pendidikan “umum”)
dan tentang guru mengajar dilakukan setelah memperoleh gelar kesarjanaan pada subject-matter (bidang studi) tertentu yang
diajarkan di sekolah. Model ini memberi pengalaman guru yang kuat dalam bidang studi
pada disiplin keilmuannya. Model ini memberi peluang besar kepada berbagai disiplin
ilmu berkarir dalam profesi guru. Model ini lebih banyak digunakan untuk guru
sekolah menengah dari pada sekolah dasar, di banyak Negara seperti: Denmark,
Perancis, Norwegia, Spanyol, Austria, Australia, Rep. Czech, Inggris,
Finlandia, Irlandia, Israel, Belanda, Irlandia Utara, Skotlandia, Rep.
Slovakia, Swedia, dan Wales. Banyak kritik
ditujukan pada model ini, lemah dalam memberi pengetahuan tentang learning techniques dan pedagogy in general. Demikian pula, identitas
keprofesionalan sebagai guru bidang studi lemah karena learning process antara keduanya, subject-matter knowledge dan
pedagogical knowledge terpisah.
Lee
Shulman (1980 an) mengkritisi kedua model pendidikan guru tersebut, bahwa keduanya
hanya focus pada subject-matter knowledge
dan/atau pedagogical knowledge. Shulman merekomendasikan penguatan pada didaktik
metodik bidang studi (pedagogical content
knowledge: PCK) yang umumnya diabaikan dalam pendidikan guru. Kini PCK
berkembang menjadi kajian yang ngetrend di AS.
PCK diyakini menjadi inovasi dalam pembelajaran bidang studi apapun,
karena justru PCK memberi peluang yang khas pada masing-masing bidang studi dan
dapat dilaksanakan lebih efektif dalam proses pembelajaran.
Konon, PCK berkembang dari adopsi Lesson
Study (LS) di Jepang. Guru-guru belajar PCK tertentu dari seorang
guru lain yang berhasil mengembangkan PCK tersebut, hal ini mirip dengan guru-guru di
Jepang dalam melaksanakan LS, yaitu para guru berbondong-bondong belajar
pembelajaran materi tertentu pada guru lain (bahkan dengan bayar sekalipun?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar