Minggu, 07 Juni 2015

Concurrent vs. Consecutive in Teachers Education Program

Concurrent Model:
Studi tentang pedagogy knowledge (pendidikan “umum”) dan subject-matter knowledge (bidang studi) dilakukan bersamaan. Model ini memberi pengalaman belajar yang lebih terpadu, yaitu karena  diantara keduanya (content knowledge) pendidikan dan bidang studi dilatihkan guru dalam waktu bersamaan.  Sebagai konsekuensi model ini, bagi orang yang tidak menempuh studi kependidikan, berkarir dalam profesi guru menjadi sempit. Di beberapa Negara, (diperkirakan Perancis dan Jerman) menggunakan model ini untuk guru sekolah dasar, sedangkan di Negara lain (Belgia, Kanada, Yunani, Hungaria, Irlandia, Itali, Jepang, Korea, Turki dan AS) juga menggunakannya untuk guru sekolah menengah.  Banyak kritik pada model pendidikan guru ini, termasuk di Indonesia, bekal bidang studi tidak kokoh/lemah.
 Consecutive Model:
Studi tentang pedagogy (pendidikan “umum”) dan tentang guru mengajar dilakukan setelah memperoleh gelar kesarjanaan pada subject-matter (bidang studi) tertentu yang diajarkan di sekolah. Model ini memberi pengalaman guru yang kuat dalam bidang studi pada disiplin keilmuannya. Model ini memberi peluang besar kepada berbagai disiplin ilmu berkarir dalam profesi guru. Model ini lebih banyak digunakan untuk guru sekolah menengah dari pada sekolah dasar, di banyak Negara seperti: Denmark, Perancis, Norwegia, Spanyol, Austria, Australia, Rep. Czech, Inggris, Finlandia, Irlandia, Israel, Belanda, Irlandia Utara, Skotlandia, Rep. Slovakia, Swedia, dan Wales.  Banyak kritik ditujukan pada model ini, lemah dalam memberi pengetahuan tentang learning techniques dan pedagogy in general. Demikian pula, identitas keprofesionalan sebagai guru bidang studi lemah karena learning process antara keduanya, subject-matter knowledge dan pedagogical knowledge terpisah.

Lee Shulman (1980 an) mengkritisi kedua model pendidikan guru tersebut, bahwa keduanya hanya focus pada subject-matter knowledge dan/atau pedagogical knowledge.  Shulman merekomendasikan penguatan pada didaktik metodik bidang studi (pedagogical content knowledge: PCK) yang umumnya diabaikan dalam pendidikan guru. Kini PCK berkembang menjadi kajian yang ngetrend di AS.  PCK diyakini menjadi inovasi dalam pembelajaran bidang studi apapun, karena justru PCK memberi peluang yang khas pada masing-masing bidang studi dan dapat dilaksanakan lebih efektif dalam proses pembelajaran. Konon, PCK berkembang dari adopsi Lesson Study  (LS) di Jepang.  Guru-guru belajar PCK tertentu dari seorang guru lain yang berhasil mengembangkan PCK  tersebut, hal ini mirip dengan guru-guru di Jepang dalam melaksanakan LS, yaitu para guru berbondong-bondong belajar pembelajaran materi tertentu pada guru lain (bahkan dengan bayar sekalipun?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar